Kalau dua orang bertemu maka akan terjadi komunikasi. Namun komunikasinya itu dapat berlangsung pada taraf kedalaman yang berbeda-beda. Taraf kedalaman komunikasi ini dapat diukur dari apa dan siapa yang dibicarakan: pikiran atau perasaan, obyek tertentu, orang lain atau dirinya sendiri. Adapun taraf-taraf komunikasi adalah sebagai berikut :
Taraf kelima adalah basa-basi. Ini merupakan taraf komunikasi paling dangkal. Biasanya terjadi antara dua orang yang bertemu secara kebetulan. Misalnya, kita sedang duduk-duduk di teras rumah, lalu seorang tetangga lewat di depan rumah kita.Sebagai sopan-santun, kita menegur, misalnya dengan mengatakan, "Silakan mampir", tanpa mengharapkan jawaban yang sebenarnya. Maka biasanya juga hanya akan dijawab, "Terima kasih, lain kali", dan tetangga itu pun terus berlalu. Jadi pada taraf ini tidak terjadi komunikasi dalam arti sebenarnya. Setiap pihak tidak membuka diri kepada dan bagi yang lain.
Taraf keempat adalah membicarakan orang lain. Disini orang sudah mulai menanggapi, namun tetap masih pada taraf dangkal, khusunya belum mau berbicara tentang diri masing-masing.Yang dibicarakan pun adalah obyek diluar diri kita. Dalam pembicaraan itu pun kita tidak saling mengemukakan pendapat, hanya saling bertukar informasi. Singkat kata kita hanya ngrumpi, omong kosong, belum mau saling membuka diri.
Taraf ketiga adalah menyatakan gagasan dan pendapat. Kita sudah mau saling membuka diri, saling mengungkapkan diri. Namun, pengungkapan diri tersebut masih terbatas pada taraf pikiran.Kita berusaha keras menghindarkan diri menunjukkan kesan memiliki pendapat yang berbeda. Dalam berbicara, kita cenderung berusaha menyenangkan lawan bicara melulu. Kita belum berani sungguh-sungguh menampilkan diri kita yang sebenarnya, kendati dalam taraf pikiran sekalipun.
Taraf kedua adalah taraf hati atau perasaan. Ada yang mengatakan bahwa emosi atau perasaan adalah unsur yang membedakan orang yang satu dengan yang lainnya. Kalau kita berani saling mengungkapkan perasaan kita dalam komunikasi, maka hubungan kita itu akan terasa unik, berkesan dan memberikan manfaat bagi perkembangan pribadi kita masing-masing. Berani menghadapi resiko bahwa kekurangan dan kelemahan kita diketahui oleh orang lain. Hanya dengan cara itu kita berkembang dan saling mengembangkan. Dengan saling mengungkapkan perasaan dan isi hati, berarti kita sepakat salingmempercaya.
Taraf pertama adalah hubungan puncak. Komunikasi pada taraf ini ditandai dengan kejujuran, keterbukaan dan saling percaya yang mutlak di antara kedua belah pihak. Dengan kata lain, komunikasi tersebut telah berkembang begitu mendalam sehingga kedua pihak merasakan kesatuan perasaan timbal balik yang hampir sempurna. Hubungan puncak yang sempurna tentu saja lebih lazim terjadi di antara suami istri.
Taraf kelima adalah basa-basi. Ini merupakan taraf komunikasi paling dangkal. Biasanya terjadi antara dua orang yang bertemu secara kebetulan. Misalnya, kita sedang duduk-duduk di teras rumah, lalu seorang tetangga lewat di depan rumah kita.Sebagai sopan-santun, kita menegur, misalnya dengan mengatakan, "Silakan mampir", tanpa mengharapkan jawaban yang sebenarnya. Maka biasanya juga hanya akan dijawab, "Terima kasih, lain kali", dan tetangga itu pun terus berlalu. Jadi pada taraf ini tidak terjadi komunikasi dalam arti sebenarnya. Setiap pihak tidak membuka diri kepada dan bagi yang lain.
Taraf keempat adalah membicarakan orang lain. Disini orang sudah mulai menanggapi, namun tetap masih pada taraf dangkal, khusunya belum mau berbicara tentang diri masing-masing.Yang dibicarakan pun adalah obyek diluar diri kita. Dalam pembicaraan itu pun kita tidak saling mengemukakan pendapat, hanya saling bertukar informasi. Singkat kata kita hanya ngrumpi, omong kosong, belum mau saling membuka diri.
Taraf ketiga adalah menyatakan gagasan dan pendapat. Kita sudah mau saling membuka diri, saling mengungkapkan diri. Namun, pengungkapan diri tersebut masih terbatas pada taraf pikiran.Kita berusaha keras menghindarkan diri menunjukkan kesan memiliki pendapat yang berbeda. Dalam berbicara, kita cenderung berusaha menyenangkan lawan bicara melulu. Kita belum berani sungguh-sungguh menampilkan diri kita yang sebenarnya, kendati dalam taraf pikiran sekalipun.
Taraf kedua adalah taraf hati atau perasaan. Ada yang mengatakan bahwa emosi atau perasaan adalah unsur yang membedakan orang yang satu dengan yang lainnya. Kalau kita berani saling mengungkapkan perasaan kita dalam komunikasi, maka hubungan kita itu akan terasa unik, berkesan dan memberikan manfaat bagi perkembangan pribadi kita masing-masing. Berani menghadapi resiko bahwa kekurangan dan kelemahan kita diketahui oleh orang lain. Hanya dengan cara itu kita berkembang dan saling mengembangkan. Dengan saling mengungkapkan perasaan dan isi hati, berarti kita sepakat salingmempercaya.
Taraf pertama adalah hubungan puncak. Komunikasi pada taraf ini ditandai dengan kejujuran, keterbukaan dan saling percaya yang mutlak di antara kedua belah pihak. Dengan kata lain, komunikasi tersebut telah berkembang begitu mendalam sehingga kedua pihak merasakan kesatuan perasaan timbal balik yang hampir sempurna. Hubungan puncak yang sempurna tentu saja lebih lazim terjadi di antara suami istri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar