Rabu, 10 Agustus 2011

Sop Panas, Tangan Dingin

Seorang laki-laki yang mendengar bahwa Nasrudin adalah orang yang amat bijaksana, bertekad mengadakan perjalanan guna menemuinya. "Aku bisa mempelajari sesuatu dari orang bijaksana seperti ini," pikirnya.

"Dan pasti ada metode-metode tertentu dalam kegilaannya. Aku sendiri pernah belajar di sekolah-sekolah metafisik. Ini akan membuatku bisa menilai dan mempelajari kegagalan orang lain."

Selanjutnya ia mengadakan perjalanan yang amat melelahkan untuk sampai ke rumah Nasrudin yang kecil, berada di lereng sebuah bukit.

Melalui jendela, laki-laki itu melihat Nasrudin sedang membungkuk di samping bara api, mencoba meniupnya ke arah tangannya yang ditekuk. Ketika kehadirannya diketahui, laki-laki ini bertanya kepada sang Mullah tentang apa yang dikerjakannya.

"Menghangatkan tanganku dengan napasku," kata Nasrudin memberi tahu. Setelah itu kedunya sama-sama diam, sehingga pencari ilmu ini mulai berpikir apakah Nasrudin bersedia membagi kebijaksanaannya.

Sekarang istri Nasrudin ke luar membawa dua mangkuk kaldu. "Mungkin sekaranglah saatnya aku mempelajari sesuatu," kata si pencari ilmu kepada dirinya sendiri. Dengan suara keras, ia bertanya,"Apa yang sedang engkau lakukan, Guru?"

"Meniup kalduku dengan napasku agar dingin," kata sang Mullah.

"Tak salah lagi, ini orang pasti penipu," kata sang tamu kepada dirinya sendiri. "Tadi dia bilang meniup agar panas, lalu barusan dia berkata, meniup agar dingin. Bagaimana aku bisa percaya dengan apa yang ia akan katakan kepadaku?"

Dan laki-laki itupun pergi.

"Bagaimanapun waktu tidak sia-sia," katanya kepada dirinya sendiri, ketika ia menuruni bukit. "Paling tidak, aku sudah tahu bahwa Nasrudin itu bukan seorang guru."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar